TEMPO Interaktif, Jakarta - Sepasang suami istri, ER dan PP alias EN, 27 tahun diketahui terlibat mendalangi tindak pemalsuan kartu kredit lintas negara. Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar, pasangan yang berdomisili di Jalan Kartini, Jakarta Pusat ini dalam waktu satu tahun berhasil memalsukan 226 kartu kredit dari berbagai penerbit.
"Mereka bekerja sama dengan karyawan restoran dan pusat hiburan di Bali untuk mencuri data kartu kredit para tamu. Korban seluruhnya warga asing seperti Amerika dan Eropa," ujarnya ditemui di Dirkrimsus Polda Metro Jaya, Kamis (29/4).
Modusnya, kata dia, kartu kredit yang digunakan untuk membayar transaksi di rumah makan dan tempat hiburan sebelumnya digesekkan pada mesin skimmer. Data yang tersimpan kemudian dipindahkan ke kartu kredit yang sudah dipalsukan. "Dari rumah kontrakan pasangan ini ditemukan 79 barang alat percetakan kartu kredit palsu. Ini sudah semacam home industri," ujar Boy.
Kartu kredit yang dipalsukan tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga dari bank asing. Sebut saja seperti American Express, Hongkong Bank, National Australia Bank, Bank of America Platinum Visa, United Mikage Plus Platinum Visa dam RPC Royal Bank.
Jumlah terbanyak yakni kartu kredit American Express sebanyak 49 buah. "Di luar negeri masih menggunakan metode swipe (gesek) tanpa chip sehingga mudah dicuri datanya," ujar Koordinator Asosiasi Kartu Kredit Indonesia Wilayah Jakarta Max Charles Taulo yang menjadi saksi ahli dalam kasus ini. Korban yang warga negara asing baru mengetahui kartu kreditnya dibobol saat mengetahui adanya transaksi yang tidak pernah dilakukannya. Mekanisme laporan juga tidak ke kepolisian Indonesia tapi cukup ke lembaga perbankan masing-masing. "Cukup melapor ke pihak yang mengeluarkan kartu kredit dan jika terbukti transaksi ilegal, uang dikembalikan," kata Max.
Kepala Satuan Fiskal Moneter dan Devisa, Dirkrimsus Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Firman menambahkan tidak ada laporan korban tentang aksi kriminal ini. Penyidikan polisi bermula dari informasi pihak perbankan bahwa telah terjadi transaksi keuangan yang mencurigakan di sejumlah hipermarket dalam jumlah besar. Atas informasi itulah sindikat ini ditangkap. "Mereka mengincar hipermarket yang tingkat konsumennya tinggi," ujarnya.
Polisi berhasil menangkap PP alias EN, 27 tahun pada 20 Maret lalu di Carrefour Blok M Square, sementara suami PP, ER masih buron. Dua tersangka lain yang berhasil dibekuk yakni OL, 25 tahun dan WL, 27 tahun. Dua karyawan restoran Bali, LO dan MO juga buron. Boy menuturkan, tersangka dikenai pasal berlapis yakni KUHP tentang Pemalsuan dan pencurian, Undang - Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang - Undang Pencucian Uang. "Ancamannya maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar," katanya.
Kepada mereka akan dijerat dengan pasal berlapis yaitu tindak pidana pencurian dengan pemberatan terhadap kartu kredit melalui sarana elektronik dan pencucian uang sebagaimana dimaksud Pasal 363 KUHP, Pasal 31 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE atau Pasal 3, dan Pasal 5 Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara
Sumber : http://eptikproject.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar